INDAHNYA JIKA SALING BERBAGI, MERIAHNYA JIKA SALING MEMBERI,DAN MANISNYA JIKA SALING MENGHARGAI

Mengenai Saya

Foto saya
sederhana dan kerja keras

Entri Populer

Kamis, 08 September 2011

DOKTER KECIL SANG PENYELAMAT KESEHATAN SEKOLAH

Oleh : Sudirman S.Pd.

Suara lonceng sekolah begitu keras terdengar menandakan para siswa bersiap-siap menuju depan ruang kelas. Sebagai siswa kelas V aku pun merapat disela-sela teman sekelasku menunggu komando ketua kelas untuk berbaris menjelang masuk ruang belajar. Di balik ruangan belajar suara sepatu guru olah ragaku bergegas memasuki ruangan. Pak Ripai begitulah beliau dipanggil. Karena pagi ini pelajaran olah raga permainan kasti , kami menuju tempat yang sudah ditentukan Pak Ripai, dan masing-masing kelompok memulai kegiatan bermain kasti. Suara riuh teman-teman saling memberikan dukungan terhadap kelompoknya dengan penuh emangat. Ditengah keasyikan berolahraga tak terasa pelajaran olahraga berakhir, kami pun mulai beristirahat melepas rasa capai semenjak berolahraga. Ada yang sibuk mengganti pakaian dan ada pula yang berlarian menuju sudut kantin membeli jajanan.
Dalam menikmati waktu istirahat ini tiba-tiba terdengar teriakan salah satu temanku, Dedek.
“Rio..., toloooong”, kata Dedek memanggil namaku.
“Rio, cepat bantu aku”, katanya lebih keras lagi memanggil namaku.
Sontak aku berlari mencari sumber suara, dan aku melihat Dedek dalam kondisi lemah sempoyongan. Mukanya pucat. Akhirnya aku dibantu teman-teman membopongnya menuju ruang UKS. Setelah pertolongan pertama yang kuberikan akhirnya keadaan Dedek mulai membaik. Satu persatu pertanyaan aku lontarkan.
“Kamu sudah sarapan?” tanyaku sambil memegang tangannya.
Ia hanya menjawab dengan menggelengkan kepala tanda tidak makan pagi.
“Lalu apa yang kamu beli dikantin baru ini!” tanyaku sambil tersenyum ramah.
“Aku membeli kue basah, terus aku menuju kamar mandi untuk mengganti pakaianku”, jawabnya.
“Disaat mengganti baju kue itu jatuh lalu aku pungut, ingin lekas ganti pakaian kue tadi aku makan”, sambungnya dengan nada pelan.
Ia pun melanjutkan penjelasannya, “ Aku melihat kalau tempat itu kering makanya aku habiskan kue itu tak beberapa kemudian perutku mules dan kepalaku terasa pusing.”
Sambil memberikan senyum aku mulai menyarankan agar selalu memilih makanan yang sehat terhindar dari debu, lalat, wadah, dan lingkungan tempat membeli. Karena jika tidak maka bakteri yang ada di makanan tersebut akan berevolusi, lebih-lebih jika dimakan maka akan menyerang tubuh kita sebagai sumber penyakit.
Akhirnya Dedek menyadari akan selalu menjaga kebersihan dan kesehatan.
Mengingat tugasku di sekolah sebagai Dokter Kecil, akhirnya aku meminta ijin kepada para guru untuk diberikan waktu memberikan penyuluhan makna kebersihan di lingkungan sekolah.
Aku memulai dari menjaga kebersihan halaman sekolah dengan mengajak teman-teman agar sekolah bebas dari sampah, sebab sampah merupakan salah satu sumber penyakit.
“Teman-teman, karena sampah juga dapat menularkan penyakit, maka setiap sisa, maupun bekas makanan agar dibuang pada tong sampah yang sudah disediakan”, kataku mengingatkan.
“Perlu untuk diketahui bahwa sampah dapat dibagi menjadi dua bagian antara lain sampah organik yang mudah dihancurkan oleh bakteri dan sampah unorganik seperti plastik, kaleng, beling dan segala jenis logam lainnya yang tidak dapat dihancurkan oleh bakteri”, jelasku menambahkan.
“Disamping itu pula setiap siswa wajib menjaga kebersihan kelas,oleh karenanya hindari makan dan minum di dalam kelas, dimana siswa makanan kita juga dapat mengundang lalat yang dapat menebarkan penyakit”, kataku sambil menunjukkan bekas makanan yang lupa dibuang.
“Sekolah kita juga memiliki kamar mandi atau WC sekolah, inipun harus dijaga kebersihannya, jangan sampai setelah buang air besar tidak disiram, sehingga memudahkan bersarangnya bibit penyakit”, kata-kataku mengingatkan.
“Karena tidak dijaga kebersihannya bau yang timbul dari kamar mandi juga dapat menyebarkan penyakit, termasuk selokan atau tempat pembuangan air jangan biarkan tergenang”, imbuhku seraya menunjukkan genangan air yang ada di halaman sekolah.
“Jika membeli makanan siap saji, maupun minuman sebaiknya kita lihat tanggal kadaluarsanya, dengan maksud menghindari efek samping yang dapat merusak organ tubuh kita.” kataku dengan menunjukkan tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan makanan.
“Untuk itulah belilah makanan yang sehat, minuman yang bersih dan juga selalu menghindari makanan pinggir jalan yang terbuka karena debu juga bisa menebarkan penyakit”, imbuhku menjelaskannya.
Setelah memberikan penyuluhan , tiba-tiba Dedek beranjak dari tempat duduknya.
“Teman-teman mari kita berjanji untuk selalu menjaga kebersihan sekolah kita, agar kalian tidak mengalami seperti yang aku alami tadi pagi, bagaimana setuju?”, katanya mengajak membersihkan halaman sekolah.
Serentak mereka menjawab “Setujuuuuu!”
Dengan penuh senyum akhirnya aku bersama teman-teman setelah mendapatkan ijin dari guru-guru disekolahku serentak menuju halaman sekolah. Sebelum memulai saya mengingatkan kepada mereka setelah memungut sampah agar tangan di cuci pakai sabun. Merekapun mengiyakan tanda mengerti. Tak membutuhkan waktu lama halaman sekolahku seketika bersih bebas dari sampah.
“Teman-teman, sebelum penyakit menyerang kita alangkah lebih baik kita mencegahnya mulai dini”, kataku kembali mengingatkan selepas membersihkan lingkungan sekolah.
Kegiatan ini disambut antusias oleh semua pihak dan hasilnya sekolah kami menjadi sekolah sehat terbebas dari tempat bersarangnya nyamuk dan bakteri membahayakan. Sungguh indah sekolahku, terbebas dari sampah. Teman-teman sekolahku selalu menyadari arti pentingnya kesehatan lingkungan. Karena manfaatnya sangat besar tak jarang dari mereka mengajukan diri ikut bergabung sebagai dokter kecil untuk membantuku dalam menangani masalah kesehatan di sekolah.

Kamis, 25 Agustus 2011

KENANGAN TAK BERHARGA

Oleh Sudirman, S.Pd.

enam belas tahun sudah waktu kujalani,
menciptakan senyum, cerita, dan cita
diantara cerahnya siang,
dan manisnya waktu,
disini di tempat ini telah kuukirkan cerana piala emas
dan di sini pula telah kujejakkan kaki menata lentera
menyalakan lilin-lilin penerang penyejuk jiwa
yang kusemaikan bagi patriot muda tuk berteduh
tempat menuangkan segala cita
menyemaikan cerita-cerita semangat merah putih,
yang sekian lama menanti dan menunggu cerahnya hati
tapi kini, ditempat ini pula
ditahun keenam belas,
tak satupun bekas kaki lelah terjajaki
tak sepercikpun bekas tetesan tinta tertoreh
dan tak satupun senyuman manis menyentuh
redup, seketika hilang
hilang dan terhapus oleh lentera baru tak tertata
terhempas oleh emosi berkuasa
terbuang oleh jiwa seakan-akan bertahta
dan kini...,
setelah lama merenda hari dan mengusung mimpi
senyum riang, dan cerita indah tak lagi menjadi kebanggaan
tinggal sebuah kisah menjadi kenangan tak berharga.

selamat tinggal .....cerita indah
dan....
selamat tinggal.....kenangan .......

Minggu, 14 Agustus 2011

UU 12-2010 Gerakan Pramuka.pdf - 4shared.com - berbagi-pakai dokumen - unduh - UU 12-2010 Gerakan Pramuka.pdf

UU 12-2010 Gerakan Pramuka.pdf - 4shared.com - berbagi-pakai dokumen - unduh - <a href="http://www.4shared.com/document/SEdKw-mF/UU_12-2010_Gerakan_Pramuka.html" target="_blank">UU 12-2010 Gerakan Pramuka.pdf</a>

Blog Foto: Kumpulan Logo Jambore Nasional Pramuka

Kamis, 11 Agustus 2011

SURAT TERAKHIR

Senja telah berganti malam. Cahaya matahari kian redup, tinggalkan bias yang mengukir warna merah jingga menghias tepi segumpal awan. Lentera raksasa itu telah tenggelam di batas cakrawala, menghilang di balik ombak Pantai Sanggigi yang bergemuruh, berganti cahaya bulan purnama dan gemerlap sinar lampu berwarna warni. Bandar Udara Selaparang mulai sunyi. Hiruk pikuk suara pesawat yang datang dan pergi sejak pagi melalui bandar udara domestik itu tak lagi terdengar. Beberapa orang petugas keamanan dan tukang sapu masih setia menjalankan tugas mereka.
“Pesawat dari Jakarta sudah tiba, Nak?” Seorang kakek yang setia menunggu di pintu kedatangan bertanya kepada petugas keamanan yang melintas di depannya.
“Sudah, dua jam yang lalu,” sahut petugas keamanan itu singkat.
“Lo, saya sudah menunggu di sini sejak sore. Penumpangnya keluar lewat pintu mana?”
“Ya lewat sini, Kek. Ini satu-satunya pintu kedatangan di bandara ini,” sahutnya sambil berlalu.
“Wah, jangan-jangan Imam sengaja mempermainkan aku. Anak itu belum juga berubah!” Gerutu kakek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kakek mulai curiga pada Imam, anaknya yang telah menghilang tak tentu rimbanya lima belas tahun silam. Tadi pagi, anak hilang itu tiba-tiba menelepon ke Kantor Kepala Desa. Ternyata ia masih hidup, bahkan ia meminta kakek menunggu kedatangan cucunya di Bandar Udara Selaparang.
Kakek semakin curiga, Imam tak pernah menyebut ciri-ciri orang yang ditunggunya. Yang ia tahu, cucunya bernama Topan. Orang tua itu pun menunggu, hanya dengan rasa percaya diri bahwa cucunya pastilah mirip dengan Imam. Rasa bosan menunggu sedikit terobati oleh iming-iming akan segera bertemu cucu. Mungkin saja kehadiran Topan bisa mengobati luka dan kesedihan setelah lama kehilangan Imam. Namun hingga bandar udara itu lengang, yang ditunggu tak kunjung datang.
Dalam kebimbangannya menunggu, khayalan kakek menerawang jauh ke masa silam. Masa kecil dan masa remaja Imam yang diasuhnya dengan penuh kasih sayang. Ia anak laki-laki beliau yang masih satu rumah dengannya. Saudara laki-laki Imam satu-satunya adalah Taslim, telah berumah tangga dan tinggal di rumahnya sendiri. Imam hidup dan dibesarkan seakan-akan sebagai anak tunggal. Mungkin itu yang membuat Imam tumbuh menjadi anak yang manja namun keras hati. Ia suka membantah dan susah diatur. Apa yang ia inginkan harus selalu terkabulkan. Walau demikian, orang tua dan keluarganya senantiasa bersabar membimbing dan membesarkan Imam.
Kini Imam hanya kenangan dan impian belaka bagi keluarganya. Imam telah pergi entah kemana, hilang lenyap bagai sebutir batu yang dilempar ke tengah danau, tenggelam dan tak pernah timbul kembali. Pupus sudah harapan untuk menjadikan Imam sebagai tulang punggung keluarga kelak. Bagi kakek, lenyapnya Imam jauh lebih menyakitkan dibanding lenyapnya harta. Berbagai cara telah dilakukan oleh keluarga agar Imam mau kembali. Harta bendapun dikorbankan, tapi semua usaha itu sia-sia belaka.
Jika diingat-ingat, kesalahan kakek tidaklah sepadan dengan derita yang kini ia tanggung. Orang tua itu hanya mengingatkan agar Imam tidak saling memberi harapan dengan Baiq Intan, anak tetangga kampung yang menjalin cinta monyet dengan Imam di masa remaja, saat mereka masih sekolah. Saat itu cinta Imam dan Baiq Intan sedang menggebu-gebu, hingga nasehat orang tua pun tak pernah diindahkan. Imam bahkan menganggap orang tuanya terlalu memaksakan kehendak.
“Kita ini kaum jajar karang, Nak. Keluarga kita jelas berbeda dengan keluarga mereka,” kata kakek kala itu.
“Apa bedanya, Ayah? Kita makan nasi, apakah mereka makan emas?” Tanya Imam sengit. Darah mudanya terbakar oleh ketidakadilan yang ia dapatkan. “Tuhan menciptakan manusia sama, mengapa harus dibeda-bedakan?”
“Itulah yang harus kita pahami, Nak. Ini perkara adat, masalah turun temurun yang tak mungkin kita hapus begitu saja. Melanggar undang-undang negara ada hukumannya. Melanggar tata krama adat pun ada sanksinya. Ayah tak ingin dinilai sebagai orang tua yang tak tahu adat,” kata kakek mencoba meredakan gundah gulana yang berkecamuk dalam pikiran Imam.
“Tapi kami saling mencinta, Ayah. Hati kami sudah terpaut menyatu. Apakah ayah tega dengan berdalih menjunjung tinggi adat istiadat, lalu sampai hati memisahkan kami. Mengapa Ayah tega menghancurkan benih-benih cinta yang telah kami bina. Intan sendiri yang berdarah bangsawan tak pernah menganggapku sebagai anak bulu ketujur. Ia memandang kita sama dengan memandang yang lainnya. Ia juga mencintai aku tulus tanpa paksaan,” kata Imam berusaha meyakinkan ayahnya.
“Ayah paham, tetapi keluarga Baiq Intan tak bisa menerimanya. Ayah juga tak ingin kamu menderita pada akhirnya. Semua terserah kamu, jika berani berbuat, tentu harus berani bertangung jawab. Tapi Ayah mohon, sebelum kalian terlanjur melangkah lebih jauh, berkacalah pada pengalaman kakakmu, Taslim yang menikah dengan anak perawan kaum bangsawan. Hingga sudah beranak tiga, belum juga diakui sebagai anggota keluarga oleh mertuanya. Mereka telah dianggap sebagai orang hilang yang tak pernah ada dalam silsilah keluarga. Itu akan berlanjut entah sampai kapan. Cobalah renungkan dalam-dalam dengan pikiran jernih. Boleh saja hari ini cintamu menggebu, tapi dapatkah kamu pertahankan hingga nanti? Sanggupkah kamu menjalani hidup seperti itu? Apalah artinya hidup berumah tangga tanpa restu orang tua?”
Imam tak kuasa lagi berbalas kata dengan ayahnya. Ia tahu ayahnya hanya kaum lemah yang tak berdaya, korban garis tangan dilahirkan sebagai kaum jajar karang. Rasa sakit hati pun harus ia pendam dalam-dalam. Ia menangis tapi air matanya tidak tumpah. Ingin memberontak, tapi tak tahu kepada siapa. Imam mengakui, sesungguhnya semua ungkapan ayahnya tidaklah berlebihan meski sangat sulit ia terima. Daripada berseberangan paham dan berselisih kata dengan sang Ayah, Imam mengambil langkah sendiri. Ia memilih pergi menjauh dari pandangan mata Baiq Intan, membunuh dan mengubur dalam-dalam benih kasih dan rasa cinta yang sedang menggelora pada gadis kecil itu, sekaligus menjauh dari kedua orang tua dan seluruh keluarganya. Memang sakit, namun itulah kisah pahit yang harus dilakoninya.
Sejak saat itu, tak ada lagi berita yang berarti tentang Imam. Di pantai mana ia terdampar, di dermaga mana perahu layar yang ditumpanginya berlabuh, tak seorang pun yang tahu. Ia pergi tanpa sepatah kata pesan. Bekal yang dibawa pun tak ada, membuat ayah dan ibunya selalu dihantui kecemasan. Bagaimana keadaan anak itu di tanah rantau, bahagiakah atau menderita, masih hidupkah atau telah tiada. Konon, pernah sekali Imam bersurat pada Baiq Intan, surat terakhir mengabarkan buah cintanya bahwa ia terpaksa menikah dengan gadis lain.
“Dende Inges,” ungkap Imam dalam surat terakhirnya. “Simaklah dengan telinga batinmu ratap pilu hatiku ini. Tak ada sakit sepedih hati saat surat ini aku tulis. Tingginya Gunung Rinjani, tak setinggi cita-citaku untuk mempersuntingmu, agar bersama seia sekata, hidup dalam mahligai rumah tangga yang kita dambakan. Luasnya Danau Segara Anak tak seluas ruang khayalku, tentang sebiduk kita bersama mengarungi danau cinta yang tak pernah berhenti beriak. Namun Inges, aku berusaha tegar tapi apalah dayaku, anak bulu ketujur nan hina dina ini di hadapan keluargamu. Tidak aku sesali terlahir sebagai orang biasa, tidak juga mendendam dan iri hati atas keberuntungan engkau, terlahir sebagai anak bangsawan yang terpandang. Yang kutangisi; mengapa mencinta ada batasnya, mengapa anak bulu ketujur tak berhak bersanding dengan kaum bangsawan. Aku tak ubahnya pungguk merindukan bulan, mendamba sesuatu yang tak mungkin bisa kugapai. Aku berdiri kebingungan di persimpangan jalan, tersesat dalam pilihan yang sungguh sulit. Aku tak mungkin melawan arus, menentang adat leluhur kita yang konon harus terus hidup dan dipertahankan. Tapi percayalah Inges, tak ada tempat bagi cinta lain di hatiku. Biarlah jasadku ini menjalin hidup bersama orang lain, namun tali jiwa pengikat cintaku tetap tersimpul erat padamu. Kalaulah bibirku bisa tersenyum, namun ketahuilah hatiku yang remuk redam senantiasa menangisi keadaan ini. Aku pun sadar, mungkin inilah nasib yang harus kita jalani, bahwa cinta sejati tak harus memiliki. Apalah artinya saling menunggu, terombang ambing dalam gelombang ketidakpastian. Penantian yang tiada berguna. Bukankah kesempatan untuk bersatu kembali sudah tertutup rapat, jodoh kita telah terpisah jauh oleh jurang adat yang lebar menganga, hanya menyisakan luka hati yang sangat pedih. Dan jika suatu saat kamu bisa melupakanku, aku rela kamu dipersunting orang lain yang sepadan sederajat dengan martabat keluargamu, meski sungguh sakit membayangkannya,” demikian Imam mengakhiri suratnya.
Berita itu membuat jiwa Baiq Intan goncang. Diremasnya surat itu hingga hancur tak terbaca lagi. Betapa luluh jiwanya. Luka hati yang belum terobati akibat kepergian Imam meninggalkannya, kini luka baru kembali menyayat dan mengoyak hatinya. Ia tak percaya kenyataan, tak pernah menduga tambatan jiwanya yang begitu ia bela dan agung-agungkan telah berpaling pada orang lain. Betapa cepat hati berubah, betapa mudah cintanya luntur, semudah saat mengucapkannya. Janji untuk sehidup semati hanya ucapan yang tak mungkin menjadi nyata. Masih terngiang di telinga Baiq Intan suara Imam yang lantang, berteriak mengalahkan debur ombak, bahwa cintanya lebih dahsyat dari gemuruh angin Pantai Senggigi, bahwa keteguhan hatinya lebih kokoh dari batu karang. Namun kini suara itu telah lenyap. Semua alasan Imam dianggapnya sebagai rayuan dan basa basi belaka. Rupanya matahari cinta Imam telah pudar, tertutup gumpalan awan hitam yang enggan berarak pergi. Kini dunia terasa gelap bagai malam saat gulita. Walau demikian Baiq Intan telah bertekad, tak ingin hatinya bergeser seinci pun untuk berpindah ke lain hati. Cinta monyetnya kepada Imam telah menjelma menjadi cinta sejati yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Biarlah Imam telah berkhianat, biarlah cahaya cinta kekasihnya itu telah memudar, tapi cinta di hati Baiq Intan tak boleh redup, harus senantiasa menyala laksana matahari yang setia muncul saat malam berganti pagi, memberi sinar kehangatan tanpa pamrih pada bumi dan seisinya. Pemuda sederhana, anak bulu ketujur itu justru membuat ia mati rasa. Betapa dalam perasaan cintanya, hingga tak ada ruang sedikit pun di hatinya bagi pemuda lain dari kasta mana pun.
Karena tak sangup menahan derita, Baiq Intan jatuh sakit. Orang tua dan keluarganya berusaha menyembuhkan duka yang dideritanya. Namun dukun dan dokter pun tak mampu mengobati. Nyatalah betapa sulit luka hatinya terobati. Dari hari ke hari tubuh Baiq Intan semakin kurus dan lemas, hingga akhirnya ajal datang menjemput. Rupanya ia lebih rela mati demi tidak menodai ketulusan cintanya pada Imam.

Rabu, 10 Agustus 2011

Cinta yang hilang

Cinta yang hilang
oleh : dirman

Kucoba tulis sebuah kata cinta...
Yang tergantung manis di atas jiwa terbuang...
Tinta pena cinta tertumpah dalam relung hati
Meluluhkan mahkota hati yang terdampar
Melepaskan butiran mutiara kasih diatas permadani sukma

Tak kuasa hati melepas rasa
Mengapit perasaan terbalut kasih sayang
Asa kian menghilang
Terbuang karena perasaan menunggu
Dan menanti hati yang tak mungkin kunjung ada

Jiwa berusaha dan tetap mengejar
Menghampiri butiran-butiran perasaan
Merasuk asmara dalam kisah semu
Cerita-cerita khayalan kian tak berarti
Merobek sukma membakar jiwa terbuang

Goresan makna cinta lambat laun menghilang
Tak terlihat lagi, kata-kata manis sang cinta
Yang pernah ada dan membekas dalam jiwa
Hingga akhirnya terbuang karena kegalauan hati
Menusuk perih ...
Menanti sampai kapan ia kembali
Membalut rasa yang pernah ada
Karena aku masih selalu cinta
Dan tetap untuk cinta

SAUDAGAR BERKAIN PERCA

SAUDAGAR BERKAIN PERCA
Oleh : Sudirman, S.Pd.


Tuhan.....,
Desah napas tubuh-tubuh mungil.. lambat laun kian hampa.
Suara-suara suci hamba kecilmu menghilang seketika..........
Tenggelam dalam larutnya dunia hampa
Tak terdengar kata-kata manis menyelimuti tubuhnya,
Yang terdengar hanyalah hayalan tak berujung

Tuhan, ......,
Mengapa Engkau biarkan
tangan-tangan pengemis berbalut kain sutera merajalela
Dan mengapa pula Engkau biarkan
Kursi raja tergadaikan tangan-tangan berdasi
Hamba kecilmu telah terkorbankan
Jiwa-jiwa kecil terbanggakan hanya untuk mengejar nama
Mengejar kekuasaan
Mengabaikan kemenangan para putera bangsa

Tuhan......,
Isak tangis wajah suci.... mengalir menahan kuasa
Kesedihan terbawa arus keruh air mata dewa
Haruskah kekuasaan akan terus tergadaiakan,
Terjual dan terbeli oleh nyali kecil pencari sisa-sisa duniawi
Hamba-hamba kecilmu menangis sedih.....
Meneteskan air mata suci yang terkorbankan.

Tuhan....,
Mengapa Engkau biarkan hati tak bernyali tertawa,
Berteriak, bersorak tak memiliki harga diri.............,
Menguasai dunia tanpa suara bermutiara hati.
Balutan kain perca bersulamkan benang-benang suram
Telah menghiasi dunia mereka
Tak ada lagi hati emas
Tak ada lagi emosi jiwa berdinding sutera
Dan tak ada lagi asa berkembang menghiasi putera bangsa
Yang ada hanyalah..........................
Kebanggaan ..............
Nama...................
dan kesombongan
“AKULAH PEMIMPINMU yang MAMPU”

Tuhan, ....
maafkanlah hamba kecilMu...
Dalam hati kecil wajah-wajah mungil
Hanya mampu tertawa lirih
BUKANKAH ENGKAU.....
“ PENGEMIS BERKAIN SUTERA PEMBELINYA”

Minggu, 26 Juni 2011

Opini

Opini
Guru Menghukum, Salahkah?
Oleh : Sudirman, S.Pd.

Sebuah pertanyaan yang selalu kontroversial bagi setiap individu dalam menanggapi dan menterjemahkan kata-kata tersebut. Sungguh ironis jika hanya sebagaian penggalan kalimat tersebut menjadikan sebuah polemik yang berkepanjangan. Banyak kejadian-kejadian kecil yang divonis mati menjadi skala besar yang tak terampuni. Sebut saja guru A di sebuah sekolah X melakukan sebuah hukuman dengan “maaf” memukul jari tangan dengan asumsi tanganlah yang berbuat karena siswa S tidak pernah menyelesaikan pekerjaan rumah maupun tugas-tugas sekolah atau karena siswa S dikategorikan siswa nakal yang selalu menimbulkan cedera teman bermainnya. Lalu salahkah tindakan tersebut?
Jika kita terjemahkan dengan sangat sederhana maksud dan tujuan pemberian hukuman sangatlah jelas namun di sisi lain menjadi sebuah kemelut yang pada akhirnya menjadikan sebuah insiden berat hingga ujung-ujungnya gurulah yang bersalah. Perlukah kita memilih, “Hukuman merupakan sebuah pembelajaran?” atau “Pembelajaran merupakan sebuah hukuman?” ataukah “Hukuman sesuatu perlakuan yang tabu dimata masyarakat?” Hanya audienslah yang mampu menterjemahkan sisi baik dan buruknya.
Sebagai pelaku pendidikan memandang wajar dan lumrah terjadi. Tetapi bagi pelaku hukum merupakan sebuah ladang yang sangat cocok ditanami bunga-bunga kertas berwarna warni. Dimanakah pendidikan berkarakter bersemayam. Undang-undang perlindungan anak sebagai senjata pamungkas menekan karakter guru. Pernahkah mereka berpikir andai putera-puteri mereka cedera karena temannya, dimanakah letak hukum itu berlaku sanggupkah mereka menelan , membungkus dan membuang kejadian-kejadian itu dalam tong sampah, lalu dimanakah mereka memposisikan guru, jika tidak bertindak dengan menghukum puaskah mereka? Ujung-ujungnya gurulah yang selalu bersalah dan tetap bersalah.
Guru sangatlah polos karena selalu ditempa dengan kejujuran dan kebaikan, meskipun benar adanya selalu mengatakan salah dan mengakui sebuah kesalahan. Sangatlah bijaksana tapi kadang menjadi sebuah bencana meskipun itu merupakan bentuk pengorbanan hati nurani demi kebebasan caci maki orang tua terhadap para siswanya.
Sangat-sangat disayangkan jika ini terus terjadi dan berkembang tanpa kepastian. Oleh karenanya tak perlu kita berkhayal tinggi mencapai pendidikan yang berkarakter dengan bungkus tipis undang-undang perlindungan anak dan tak perlu kita mengharap banyak mencapai pendidikan yang berkualitas. Sistem pendidikan diatur sewenang-wenang hanya karena kepuasan diri tanpa perduli dengan kepentingan orang banyak. Sekolah merupakan milik bersama bukan milik orang per orang, yang selalu dan harus tetap dijaga keharmonisannya. Peran orang tua sangatlah berarti.
Guru adalah sahabat, teman, dan mitra orang tua. Sebagai seorang sahabat, teman atau mitra sudah barang tentu memberikan jalan kemudahan dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi. Guru bukanlah musuh atau teroris yang selalu diburu, dikejar jika terjadi kesalahan. Guru tak sepatutnya dibenci, dimaki, lalu dihantar dengan hukuman dalam jeruji besi. Guru hanyalah manusia biasa yang hanya minta dihargai bukan dibeli dan dibayar dengan harga tinggi. Pernahkah kita berpikir “Siapakah yang menciptakan aku hingga seperti ini?” Hanya orang waraslah yang mengerti dan mampu menjawab, “Jasamulah yang menjadikan diriku besar dan tanpamu aku akan menjadi kerdil!”
Untuk itulah berikanlah sebuah kepastian bukan kepalsuan. Kita hanya patut bersyukur bahwa guru memberikan perhatian meskipun itu salah menurut hukum dan undang-undang. Jangan takuti segala tindakan yang dilakukan guru dengan hukum. Tak perlu dipungkiri sebagai orang tuapun menghukum jalan terbaik memberikan pelajaran agar putera-puteri kita jera terhadap sikap dan tingkah lakunya yang menurut kita salah. Secara manusiawi guru manakah yang membenci siswanya dan siswa manakah membenci gurunya? Andalah salah satu yang bisa menterjemahkan.

Sabtu, 12 Maret 2011

Cerpen

MIMPI DI SIANG HARI
Oleh : Sudirman, S.Pd.

“ Pak Rohman, sudah saatnya untuk ikuti seleksi kepala sekolah bersama Pak Wangsa,” kata Pak Pendu kepala  SD Negeri 1Tanak Kaken tempatnya mengajar. “Apa anda sudah siap?” katanya melanjutkan pertanyaan.
“Sepertinya saya belum siap, hm...belum mampu  Pak!” jawabku singkat.
“Kemampuan apa lagi yang Pak Rohman cari, sebagai kepala sekolah saya sudah menilai Bapak lebih dari cukup, dan pilihan itu tetap jatuh pada Pak Rohman termasuk Pak Wangsa yang sudah senior di sekolah kita!” jelas Pak Pendu sedikit tidak mengerti tentang pikiranku.
“Maaf Pak, saya bukan menolak tapi .....,?” kataku putus disela Pak Pendu.
‘Tapi apa lagi sih Pak, anda adalah guru yang sangat cerdas, trampil, dan sangat berprestasi tidak hanya di sekolah kita ini saja tapi di sekolah lain para guru selalu memngagumi dan membanggakan anda karena predikat yang selalu anda sandang. Ini adalah kesempatan !” kata Pak Pendu meyakinkanku.
“Bapak terlalu berlebihan menilai saya, secara pribadi saya  tidak mengejar karir tapi profesionalisme, sementara usia saya masih terlalu muda,” jawabku untuk menghindar dari pencalonan.
“Saya minta agar persyaratan tersebut dipersiapkan secepatnya!” pinta Pak Pendu lalu meninggalkanku dengan perasaan kesal.
Pagi ini semua berkas telah dipersiapkan, mulai dari ijazah sarjanaku, piagam, sertifikat, hingga keterangan lain yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Yang tak kalah penting adalah makalah tentang visi misi sebagai kepala sekolah juga administrasi sekolah. Semua tersusun rapi dalam portofolioku yang aku simpan di dalam tas usang yang kumiliki satu-satunya.
Teman-teman satu sekolah termasuk para siswa turut mendoakan kami agar lulus dalam seleksi. Saat bersalaman  Pak Wangsa yang juga satu sekolah denganku juga kembali mengikuti seleksi  karena berturut-turut gagal dalam pencalonan. Saat berjabatan tangan ia menanyakanku,” Sudah siap lahir batin?” Dengan ancungan jempol aku mengiyakan sambil memperlihatkan isi map portofolio. “Isi portofolio ini sudah aku hafal  termasuk  Undang-undang pendidikan hampir hafal semua!”  jawabku mantab.
“Pak Rohman, tidak cukup dengan persyaratan itu dan tidak bisa kita andalkan kemampuan otak kita saja!” kata Pak Wangsa. “Buktinya saya sendiri yang walaupun hasil saya baik tetap saja gagal karena tak punya uang,” katanya melanjutkan pembicaraan.
“Waduuh, Pak Wangsa saya jadi nggak ngerti nih!” kataku bingung dengan pembicaraannya.
“Wah...wah...wah....., anda semakin  jauh tertinggal!” sambil memberikan isyarat dengan memainkan ibu jari dan jari tengahnya lalu ia mengeluarkan lembaran uang kertas dan mengibas-ngibaskan tepat di mukaku. Akhirnya aku mengerti maksudnya menyediakan dana penyegar.
“Lalu apa hubungannya dengan dana tadi!”, kataku tambah tak mengerti.
“Temanku..., sebaiknya kita batalkan saja seleksi ini tak ada artinya bagi kita,orang yang tidak punya prestasi lebih-lebih kemampuan profesionalnya rendah tidak ikut seleksi tapi berani karena punya dana penyegar ia pasti menjadi kepala sekolah. Ini bukan rumor kenyataan teman...., Untuk itulah aku mundur ,” kata Pak Wangsa sambil mengambil kunci motor dan meninggalkanku.
Aku tak terpengaruh sedikitpun dengan sikap dan pernyataan Pak Wangsa. Aku sangat yakin dan selalu berpegang teguh dengan kemampuan dan profesionalisme yang aku miliki. Walapun tes ku jalani tanpa kehadiran Pak Wangsa. Keyakinanku akan pengetahuan dan prestasi yang kumiliki membuat perasaan menjadi  tenang. Tahap demi tahap tes aku lewati dengan hasil sangat memuaskan. Tinggal satu tahap yang harus kuikuti sebagai babak penetu keberhasilan yaitu wawancara. Segala  gagasan dan ide-ide baru aku paparkan  demokrasi pendidikan  aku dengungkan  kebijakan pemerintah tentang sistem pendidikan tidak ada satupun yang terpenggal. Diakhir paparanku aku berkata, “ Ini adalah bentuk pengabdianku dalam mencerdaskan bangsa dan negara tercinta ini!” dengan senyum puas kutinggalkan ruangan lalu menunggu jadwal pengumuman.
Pengumuman yang sudah terjadwal selalu tertunda dan tertunda lagi ‘ kebijakan-kebijakan baru bermunculan. Hingga kesempatan itu datang. Dengan senang hati siang itu selepas pulang sekolah aku terima amplop SK Kepala Sekolah. Rasa syukur terus kuucapkan. Aku begitu bahagia nama itu aku usap berkali-kali  meskipun gelar sarjana yang aku sandang tak tertera dalam  amplop tersebut. Kembali kutatap dengan mata berbinar-binar sesekali aku mencium amplop berisi SK Kepala Sekolah tersebut. “Alhamdulillah akhirnya aku menjadi kepala sekolah”, kataku bahagia sambil menyimpan amplop di tempat khusus dalam tas kecilku. Sembari bergegas pulang.
Menyambut  acara perkenalan kepala sekolah baru segala sesuatu aku persiapkan termasuk  skenario sambutan kebijakan-kebijakan baru yang menjadi ide dan gagasanku sudah kutulis rapi. Saat kepala sekolah lama usai memberikan sambutan. Aku sempat  termangu ketika namaku dipanggil pembawa acara untuk memberikan sambutan. Dengan berusaha tenang aku menghampiri podium yang telah dipersiapkan. Rasa deg-degan terus berlari getaran tanganku sedikit demi sedikit berkurang hingga napas perlahan kuatur untuk memulai sambutanku. Riuh tepuk tangan para undangan yang sebagian besar para orang tua murid terdengar kencang.
“Hadirin yang saya hormati, memulai sambutan ini paradigma pendidikan lama harus kita tinggalkan untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa yang semakin lama semakin tak tentu arahnya. Sebagai pengendali pendidikan di sekolah umum para guru dan  kepala sekolah pada khususnya haruslah memiliki ketajaman pemahaman, pemikiran dan wawasan dalam menciptakan pencitraan sekolah yang lebih baik.
Degub jantungku semakin kencang, darahku mengalir cepat seiring irama pembaharuan yang terus aku gulirkan bertubi-tubi. Aku semakin bersemangat saat tepukan tangan menyambutku kembali.
Hadirin yang saya hormati, guru dewasa ini ibaratnya anak panah yang apabila busurnya (kepala sekolah) mengarahkan mata anak panah melenceng dari sasaran maka anak panah tersebut juga ikut melenceng dari bidikan busur panah. Olehkarenanya mulai detik ini guru dan kepala sekolah seharusnya memiliki jiwa  profesionalisme yang tinggi bukan konvensionalisme yang dapat menghancurkan daya kreatifitas dan fleksibelitas dalam upaya menciptakan dan mengembangkan pendidikan kearah yang lebih baik dan mancapai kemajuan. Setuju?
Untuk itulah selaku kepala sekolah baru di tempat ini saya mengajak para guru, orang tua murid , dewan pendidikan dan para stakeholder untuk memperkuat kerjasama dalam membangun kembali citra sekolah yang sudah hampir tenggelam.Setuju?
“Dan dalam kesempatan ini pula saya berjanji agar sistem transparansi  keuangan sekolah yang tidak pernah dilakukan akan kami tingkatkan. Setuju?”
Bbbb.....
Belum berakhir sambutanku tiba-tiba pembawa acara menghentikanku lalu memintaku mengembalikan amplop berisi SK Kepala Sekolah yang sudah aku terima dan menyerahkannya kembali kepada Pak Rohman, A.Ma bukan Rohman, S.Pd. (namaku).
“Ayah......., Ayah......., banguun, ini ada surat dari Kantor Pos!”. Siang-siang begini koq masih ngigau. “Tak mungkin..... Tak mungkin... SK ini atas namaku!”
“Ayah.. istigfar...., selaku isteri ibu tidak pernah meminta ayah untuk menjadi kepala sekolah, saya bangga kepada ayah yang sudah sering menjadi pemenang dalam lomba. Bagi saya prestasi itu sudah lebih dari cukup untuk memacu prestasi anak kita!” kata istriku menyadarkan aku dari mimpi siang ini.
“Astagfirullahaladzim..... aku bermimpi”,sambil kubuka amplop surat yang baru kuterima. “Alhamdulillah,” aku mendapatkan undangan ke Jakarta sebagai pemenang lomba karya tulis ilmiah.

Kamis, 03 Februari 2011

Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

ABSTRAK: Pelajaran matematika sering kali dipersepsikan oleh sebagian siswa sebagai pelajaran yang sulit, membosankan bahkan menakutkan. Hal inilah yang membuat motivasi dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matemetika sangat kurang yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran matematika. Agar pembelajaran dapat lebih menarik serta bermakna bagi siswa peneliti mencoba  menerapkan pembelajaran yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki  siswa agar mereka dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa. 
Kata Kunci : Motivasi, Minat,  Contextual Teaching  and Learning
Pendahuluan
        Menurut pengamatan dan pengalaman umumnya anak-anak menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika sederhana. Meskipun banyak pula anak-anak yang setelah belajar matematika yang sederhana banyak pula yang tidak dipahaminya, atau banyak konsep yang dipakai secara keliru. Di sini mereka melihat matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,  ruwet, dan memperdayakan.
        Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih banyak dilakukan secara konvensional (pembelajaran berpusat pada guru) dan prestasi belajar matematika masih sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Pada umumnya pelajaran matematika hampir selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang sangat minim, kurang menarik minat siswa dan membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga atau media pelajaran matematika serta kurang melibatkan siswa dalam menemukan konsep matematika. Jarang guru dalam membahas materi matematika dengan menggunakan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas, target keberhasilan pengajaran matematika yang diterapkan guru cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengerjakan soal-soal tes baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian akibatnya pemahaman konsep siswa rendah serta pembelajaran matematika kurang menarik minat siswa.
        Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar meningkatkan minat, menarik perhatian siswa serta meningkatkan keaktifan siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang diterapkan untuk meningkatkan minat belajar matematika dan memberi penguatan terhadap kualitas pembelajaran matematika di SD sebagai sarana penelitian adalah model pembelajaran kontekstual.

Minat Belajar
        Menuurut Syah (1999: 36) menyatakan, “ secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sedangkan Effendi dan Praja (1993 : 69) menyatakan, “ minat yaitu memusatkan kegiatan mental dan perhatian terhadap suatu objek, yang banyak sangkut pautnya dengan keadaan diri individu”.  Minat    didorong   oleh motivasi. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar seorang siswa. Jika mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat seorang siswa, maka ia tidak mempunyai rasa keinginan yang besar untuk memahami bahkan mendalami pelajaran itu.

Motivasi
        Gleitman (1986) dan Reber (1988) (dalam Syah,1999: 137) menyatakan, “motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah seluruh dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau bertingkah laku secara terarah. Jadi jika dikaitkan dengan belajar, maka motivasi mempelajari matematika adalah seluruh dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk mempelajari mata pelajaran tersebut sampai berhasil atau memahaminya.

Pembelajaran Kontekstual
        Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual mendorong agar proses keterlibatan siswa secara penuh. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep dengan konteksnya, sehingga siswa memperoleh sejumlah pengalaman belajar bermakna berupa pengetahuan dan keterampilan. Menggabungkan materi dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan pekerjaan yang melibatkan aktifitas.
        Dengan penyampaian konteks siswa dituntut untuk mencoba menyelesaikan permasalahan tanpa menunggu informasi dari guru bagaimana solusinya. Guru berperan hanya sebagai fasilitator dan pembimbing . Hal yang sama diungkapkan oleh Gravemeinjer dan Doorman (dalam Sabandar, 2001, h. 2) bahwa dalam pembelajaran kontekstual, konteks ditempatkan pada awal pembelajaran, selanjutnya siswa secara perorangan/kelompok siwa diminta memecahkan permasalahan, dengan kemampuan matematikanya atau kemampuan berpikir.Konteks ditempatkan di awal pembelajaran, karena berperan sebagai pemicu terjadinya penemuan kembali (reinvetion) matematika oleh murid, atau sebagai pembimbing penemuan (guided reinvention), yang merupakan suatu jalan keluar untuk menjembatani hambatan yang sering muncul, antara pengetahuan informal dengan pengetahuan formal matematika dalam memecahkan masalah dengan berpikir sendiri.
        Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran merupakan konsep belajar mengajar yang memfungsikan guru sebagai pihak yang harus mengkemas materi (konten) dan mengkaitkannya dengan suasana yang mudah dipahami siswa (konteks). Membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa membuat kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
      Prinsip-prinsip yang mendasari CTL adalah: 1) kontruktivisme (Contruktivism), 2) Bertanya (Questioning), 3) Inquiri (Inquiry), 4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Penilaian autentik (Autentic Assesment), 6) Refleksi (Reflection), dan 7) Pemodelan .

1.Kontruktivisme (Contruktivism)
        Kontruktivisme (Contruktivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide,
2.Bertanya (Questing)
        Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual.
3.Menemukan (Inquiry)
        Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi  juga hasil dari menemukan sendiri.
4.Masyarakat Belajar (Learning Community)
        Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
5.Pemodelan (modeling)
        Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas
6.Refleksi (Reflection)
        Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau refisi dari pengetahuan sebelumnya.
7.Penilaian berkelanjutan (Authentic Assesment)
        Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Metode Penelitian
        Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1992: 5-6); Hopkins (1993: 32-33) dan Suyanto (1996: 2), Bentuk penelitian di atas diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan Matematika di sekolah dasar.
        Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi dan tes. Sedangkan alat pengumpul data berupa lembar observasi dengan tujuan untuk menjaga obyektifitas dalam pelaksanaan penelitian. Selain itu data juga diperoleh melalui hasil kegiatan selama melaksanakan tindakan dan hasil balikan dari siswa.

Pembahasan
         Dalam rangka mengembangan kemampuan siswa dalam bidang matematika maka proses pembelajaran yang diharapkan adalah yang dapat  menarik perhatian serta minat siswa. Guru harus mampu menentukan suatu metode, strategi, teknik dan pendekatan serta model pembelajaran  yang sesuai untuk pembelajaran topik-topik matematika sehingga menarik dan mampu membangkitkan serta mendorong motivasi siswa untuk mempersiapkan emosi belajar secara menyeluruh.
        Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang dialami sehari-hari sehingga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata.

Hasil
        Sebelum melaksanakan penelitian, motivasi siswa terlihat  masih  sangat  kurang  yang  ditandai dengan semangat belajar yang rendah, dan kurang aktif. Interaksi siswa dalam belajar juga sangat kurang, komunikasi cendrung satu arah dan didominasi guru. Prestasi siswapun masih kurang yang ditandai dengan banyaknya nilai siswa yang masih <6 atau dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan (KKM =  6,0), serta ketuntasan secara klasikal masih dibawah 85%,  sehingga peneliti berusaha untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki kualitas serta hasil belajar siswa.

Kesimpulan
        Dari hasil penelitian  yang dilakukan,kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan Pembelajaran kontekstual ( Contekstual Teaching and Learning) dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa. Pendekatan Contekstual Teaching and Learning ( CTL ) pada pembelajaran matematika mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dari mengalami sendiri dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, rasa senang belajar, berpikir mandiri dan mampu mengambil keputusan.  Pendekatan ini mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dari mengalami sendiri, menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi dirinya, menerapkan ide mereka, dan menumbuhkan komunikasi dalam bentuk kerja kelompok.

Rujukan
Robert E. Slavin,  2009. COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset dan Praktek,     penerbit Nusa Media, Bandung.
Elaine B. Jhonson, PH.D, 2009. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, penerbit Mizan Learning Center (MLC) Bandung.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Prof. Dr. H.M.Djunaidi Ghony, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, penerbit UIN-Malang Press.
Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. 2009. Paradigma baru Pembelajaran, penerbit kencana Prenada Media Group, Jakarta.
DR. C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran, penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Drs. Wayan Nurkancana, Drs. PPN. Sunartana. Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Trianto, S.Pd,.M.Pd.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
Drs.H. Martinis Yamin, M.Pd. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa, penerbit Gaung Persada Press Jakarta.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 PENIMBUNG LOMBOK BARAT TAHUN 2010-2011

Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas V SDN 2 Penimbung yang tidak cakap berbicara. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan teknik bermain peran dalam pembelajaran. Dengan teknik ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajarannya, dan kualitas hasil belajar mereka dapat ditingkatkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Kata kunci: peningkatan, ketrampilan berbicara, teknik bermain peran.
        Dalam keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara.
Arsjad dan Mukti (1991:1), menyatakan bahwa dari kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Dalam kehidupan sehari-hari lebih dari separuh waktu  digunakan untuk berbicara dan mendengarkan.
        Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SD kelas V adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan  secara lisan dalam diskusi dan bermain drama (Departemen Pendidikan nasional, 2006).  Standar kompetensi ini terbagi dalam dua kompetensi dasar yang salah satunya adalah memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.  Dalam pembelajaran sastra di sekolah, siswa diajak untuk memerankan tokoh, berekspresi sesuai dengan karakter tokoh dalam teks cerita, dan berani berbicara di depan  umum yang ditampilkan dalam bentuk karya sastra yaitu drama.
        Berbicara merupakan salah satu keterampilan sastra yang harus dicapai siswa karena siswa akan memperoleh banyak manfaat dari kegiatan   berbicara  tersebut,  antara lain siswa dapat  mengekspresikan perannya melalui gerak, mimik, dan gesture sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1982) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berdasarkan definisi kamus ini, berbicara atau wicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif  lisan.
        Menurut Zahroh dan Sulistyorini (2010:82), untuk menghasilkan tuturan yang baik, pembicara atau pewicara dituntut mengikuti aturan berbicara, di samping menguasai komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan berbicara atau wicara,  antara lain  penguasaan aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek-aspek tersebut meliputi lafal, tatabahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.
        Drama   adalah  komposisi   prosa   yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Dalam pembelajaran sastra, keterampilan berbicara khususnya drama dapat dilakukan dengan bermain peran. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk  mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara, siswa masih banyak mengalami kesulitan.Hambatan lain yang dialami siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bermain peran (drama) adalah kurangnya semangat mereka dalam bermain peran akibat metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik bagi siswa.Kondisi tersebut juga terjadi di SDN 2 Penimbung Kabupaten Lombok Barat. Hasil    observasi    di  lapangan   juga  menunjukkan fenomena bahwa keterampilan berbicara siswa SDN 2 Penimbung  Lombok Barat  berada pada tingkat yang rendah pada aspek isi pembicaraan,  penggunaan bahasa, dan  performansi.  
Berdasarkan uraian serta hasil temuan penelitian di atas, maka diperlukan metode pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan agar  siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu strategi  digunakan  dalam bermain peran (drama) adalah strategi cooperatif learning.
        Metode bermain peran dapat digunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran inovatif. Kompetensi yang dikembangkan melalui metode ini antara lain kompetensi bekerjasama, berkomunikasi, tanggung jawab, toleransi, dan menginterpretasikan suatu kejadian (Pratiwi, 2009).
        Dengan adanya penelitian untuk meningkatkan   kemampuan  keterampilan  berbicara  menggunakan teknik bermain peran ini, diharapkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat lebih meningkat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan kajian tentang penggunaan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berbicara bagi siswa SD kelas V khususnya.

METODE
        Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model  rancangan  yang  dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1992). Model ini mengikuti alur yang terdiri dari 4 komponen pokok, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Permasalahan yang diteliti teridentifikasi ketika peneliti melaksanakan pembelajaran, karena peneliti adalah guru kelas pada kelas yang diteliti. Berdasarkan permasalahan hasil temuan tersebut disusun rencana tindakan siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP I). 
        Selanjutnya tindakan siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan teman sejawat sebagai observer dan peneliti bertindak sebagai guru model.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) SDN 2 Penimbung Lombok Barat. Tindakan  kelas  yang  berupa  teknik  bermain  peran dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, selama semester I   tahun pelajaran 2010/2011.

HASIL
        Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus.  Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat dalam keterampilan berbicara melalui teknik bermain peran.
Hasil Pelaksanaan Siklus I
        Kegitan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).Pada siklus I keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas relatif dominan mengingat siswa yang diajar adalah siswa kelas V SD dan belum terbiasa belajar dengan teknik bermain peran. Guru menyiapkan skenario dialog untuk setiap kelompok. Setelah kegiatan bermain peran pada pertemuan kedua siklus I dilakukan refleksi antar kelompok untuk mengomentari penampilan dari kelompok lain.  Penilaian dilakukan pada saat siswa melakukan latihan pemantapan perannya masing-masing.
         Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penutup  merupakan refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan   kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, manfaat pembelajaran yang diperoleh dan perencanaan kegiatan tindak lanjut.Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga perlu  tindakan siklus II.  Hasil rekapitulasi nilai evaluasi proses dalam siklus I menunjukkan bahwa pada umumnya siswa dari tingkat kemampuan akademik rendah memperoleh skor di bawah 50. Sepuluh skor tertinggi didominasi oleh siswa dari tingkat kemampuan akademik tinggi. Semetara siswa dari tingkat kemampuan akademik menengah menempati posisi medium. Skor terendah 40 diperoleh  siswa dari kelompok berkemampuan akademik rendah, sedangkan skor tertinggi 80 diperoleh siswa dari kelompok kemampuan akademik tinggi. Dari hasil perbandingan antara pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran  dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa yang memperoleh skor minimal tersebut adalah siswa yang tidak aktif dalam kegiatan bermain peran. Sementara dari  tingkat  kemampuan  akademik menengah maupun tinggi yang serius mengikuti pembelajaran pada umumnya mendapat skor tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus I belum berhasil sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Hasil Pelaksanaan Siklus II 
        Secara umum prosedur pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan prosedur pada siklus I. Perbedaannya, dalam siklus II ini keterlibatan guru pada kegiatan pembelajaran di kelas dikurangi mengingat siswa yang diajar mulai terbiasa belajar dengan teknik bermain peran.
        Hasil rekapitulasi nilai evaluasi produk akhir dalam siklus II menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan pada seluruh siswa. Skor terendah 60,5 masih diperoleh  siswa pada kelompok kemampuan akademik rendah, dan skor tertinggi 90 masih diperoleh oleh kelompok kemampuan akademik tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan skor yang signifikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dalam siklus II ini hampir seluruh siswa aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada kualitas hasil belajar siswa tentang keterampilan berbicara.

PEMBAHASAN
        Berdasarkan hasil pengamatan  terhadap produk akhir dalam siswa kelas V yang menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat  masih mengalami kesulitan dalam keterampilan berbicara, maka dirancang tindakan sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Dalam penelitian ini dilakukan dua tindakan, yaitu tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Dalam siklus II keterlibatan guru pada kegiatan pembelajaran di kelas dikurangi mengingat   siswa   yang  diajar  mulai  terbiasa belajar dengan teknik bermain peran. Hasil rekapitulasi nilai evaluasi produk akhir dalam siklus II menunjukkan bahwa  ada peningkatan pada  tingkat akademik. Skor terendah 60,5 masih diperoleh oleh siswa pada kelompok  kemampuan  akademik  rendah,  dan  skor tertinggi 90 masih diperoleh  kemampuan akademik tinggi. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor yang signifikan.
        Berdasarkan uraian di atas  dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelasV SDN 2 Penimbung  Lombok Barat. Peningkatan tersebut terdapat pada aspek proses dan hasil pembelajaran.

SIMPULAN
        Berdasarkan uraian  hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V (lima) SDN 2 Penimbung Lombok Barat. Secara rinci keberhasilan penerapan teknik bermain peran dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 2 Penimbung sebagai berikut: (1) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek isi, (2) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek-aspek penggunaan bahasa, dan (3) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek performansi.

SARAN
    Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara hendaknya guru menggunakan pembelajaran dengan teknik bermain peran. Teknik bermain peran sangat cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia terutama aspek berbahasa lisan.

DAFTAR RUJUKAN
Arsjad , Midar.G dan Mukti1 991. Pembinaan Kemampuan Berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik  Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis,S. &Taggart,M.C. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakin  University Press.
Pratiwi, Yuni. 2009. Penerapan Strategi bermain Peran dalam Pembelajaran di taman Kanak-Kanak. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Pembelajaran untuk Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina, Malang, 12 September.
Tarigan, H.G. 2002. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zahroh dan Sulistorini. 2010. Strategi Kooperatif dalam Pembelajaran Menyimak Berbicara Malang: Asah Asih Asuh (A3).

Anakku Harapanku

Sudirman, S.Pd.

        “Nak, kenapa kamu berjemur ini kan masih pagi”, tanyaku ketika melihatnya berdiri sendirian. Lalu aku melanjutkan pertanyaanku, “Kamu kedinginan ?”
        “Ma…maaf pak, pakaian saya basah”, jawabnya ketakutan.
        Tidak seperti biasanya marah-marah, lalu menghukum kini aku tersenyum bersahabat layaknya orang tua terhadap anak-anaknya. Sambil menggandengnya menuju tempat yang aman dari matahari. Tempat ini biasa aku gunakan jika murid-muridku ada masalah dengan pelajaran. Kuusapkan peluh yang membasahi badannya. Ia pun tersenyum rasa takut pada dirinya seketika hilang saat pundaknya terus kupegang. Aku merasa hari ini bersama sahabat kecilku. Rusli, begitulah ia dipanggil. Ia salah satu murid kelas I.
        “Usai sekolah nanti pak guru tunggu di ruang  guru”, pintaku. “Sekarang kamu ikuti pelajaran   dulu”, sambungku sambil bergegas masuk kelas.
         “Ya…. Pak”, jawabnya bangga lalu berlari menuju ruang kelasnya.
        Ia pun mengikuti pelajaran seperti biasanya. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 10.30. waktu bagi kelas I untuk siap-siap meninggalkan sekolah. Tak seberapa lama bel tanda pulang sudah terdengar, beberapa murid berteriak, bersorak kegirangan. Ada yang lari sambil berjingkrak-jingkrak, ada pula yang berhamburan menyerbu penjaja makanan dan ada pula yang menangis sambil mencari orang tuanya yang belum juga kunjung tiba menjemput. Ditengah hiruk pikuk siswa kelas I pulang sekolah. Rusli dengan hati-hati menghapiriku.
        “Kemarilah… jangan takut”, aku tersenyum mengajaknya duduk. 
       Ia tampaknya bingung dan takut karena kebiasaanku yang selalu ditakuti siswa. Dalam pancaran matanya terlihat ada rasa bersalah yang tadinya pernah ia lakukan. Aku pun spontan berseloroh menggodanya agar ia bisa tersenyum. 
       “Nak…, ada yang ingin bapak tanyakan”, pintaku. Aku lanjutkan pertanyaanku, “Pak guru melihat setiap  sampai sekolah, selalu mencari tempat untuk berjemur kenapa?” tanyaku tak mengerti.
Dengan hati-hati ia menjawab, 
        “Celana saya selalu basah, kena semak dan ilalang”. Aku kaget luar biasa,karena sepengetahuanku murid-muridku tempat tinggalnya tak jauh dari lingkungan sekolah. Aku semakin penasaran. “Coba ceritakan kenapa sampai ini terjadi”, tanyaku lagi. Ia mulai bercerita     bahwa setiap pagi ia berangkat sekolah seorang diri seusai sholat subuh karena rumahnya berada jauh di balik perbukitan. Ia menempuh sekolah dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak menembus semak belukar  dan rumput ilalang. Karena tekadnya mencari ilmu ia nekat menembus halangan dan rintangan tanpa rasa takut dibenaknya. Ia tetap tegar menjalaninya, demi baktinya kepada kedua orang tuanya.Aku sempat menghayal, andai aku bepergian di pagi buta tanpa ada teman mungkin aku tak sanggup rasa takut pasti mengikutiku.
        Aku terperanjat mendengar ceritanya, pikiranku mulai terbuka. Aku sadar bahwa embun pagi belum mau meninggalkan pepohonan, titik-titik air embun masih melekat di atas dedaunan. Wajar saja setiap pagi pakaian di tubuh Rusli selalu basah. Aku tertegun pikiranku mulai mengingat-ingat kejadian yang pernah aku lakukan terhadapnya. Menghukum tanpa ingin tahu penjelasan siswa walau aku tahu bahwa Rusli adalah murid yang paling rajin diantara teman sekelasnya. Rasa bersalah terus terngiang. Saat kesedihanku menghujamku tiba-tiba suara pria mengucapkan salam.
         “Assalamu'alaikum!”  Akupun   menjawabnya
         “Wa'alaikumsalam”. Lelaki separuh baya ini langsung ku persilahkan masuk. Aku mulai menceritakan permasalahan yang terjadi, sambil mengamini lelaki separuh baya ini menceritakan keadaan keluarganya sebagai peladang miskin. 
        “Sebagai orang tua, saya berharap Rusli tetap sekolah”, harapannya. Ia terdiam lalu melanjutkan kata-katanya, 
       “Tapi saya tidak mampu menghidupinya!” Lelaki ini tertunduk sedih, matanya berbinar sesekali meneteskan air mata, Rusli pun turut sedih dan menangis meski suaranya tak terdengar tapi ia mengerti maksud orang tuanya. Lelaki ini melanjutkan kata-katanya, 
        “Mulai hari ini, saya serahkan Rusli kepada pak guru!” dengan berat hati. 
        “Jadikanlah ia menjadi anak bapak, biarkan Rusli melupakan saya sampai kapanpun!” pintanya.
        “Saya rela demi keinginan dan cita-citanya”, harapnya  sedih. Sambil memegang tangan Rusli, 
        “Sekali lagi saya berikan Rusli kepada bapak sebagai anak sendiri!” ini kata terakhir yang diucapkannya. Sayapun mengangguk dan mengiakan menerima amanah yang akan aku panggul.
        Kini hari bulan dan tahun terus berjalan hari-hariku kujalani bersama Rusli sebagai anakku sendiri. Sementara istriku sudah lama meninggal. Ia sebagai anak lelaki tertua yang selalu membimbing dan menjaga adik-adiknya hingga akhirnya Rusli  menyelesaikan pendidikan dan menyandang sarjana. Bahagia luar biasa yang aku dapatkan. Anak yang taat beribadah, dan bakti kepada keluarga itu merupakan penghargaan yang aku dapatkan darinya. Kini umurku sudah mencapai masa pensiun. Rusli selalu mengantar dan menjemputku. Ia menaruh perhatian besar kepada kami.
        Disela-sela mengantar dan menjemputku sikap dewasanya terlihat, ia berusaha mencari pekerjaan agar kelak dimasa pensiunku ia bisa menggantikan aku menjadi tulang punggung keluarga. Hari ini Rusli tak muncul-muncul menjemputku. Rasa takut  dan was-was terus memburuku. Aku sangat sayang padanya dan aku tak ingin kehilangan dia. Menjelang sore tiba-tiba ia muncul menghampiriku, lalu memelukku sambil menangis bahagia. Kebahagiaan itu terlihat dari wajahnya, air matanya terus menetes. Ia bersimpuh bersujud dan mencium kakiku sebagai tanda hormat dan baktinya pada diriku sebagai orang tuanya. Dengan tangan gemetar ia menyodorkan map berwarna kuning lalu memintaku membukanya.     
        “Pak, Rusli diterima sebagai PNS !” dengan mata  berbinar-binar ia menatapku tajam.
       “Alhamulillah, anakku kamu berhasil”, aku bahagia mendengarkannya. Rusli pun memelukku erat dan mencium kakiku. Kami larut dalam kebahagiaan. Hampir 20 tahun sudah Rusli meninggalkan kedua orang tuanya dan hidup bersama kami, kini ia menggeluti pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.Karena kecerdasannya ia mendapatkan posisi bagus di kantornya. Saat kami berkumpul bersama keluarga, sesekali aku memintanya.
      “Nak, sebagai orang tua pasti mengharapkan akan kehadiran anaknya”, lalu aku melanjutkan kata-kataku sambil mengelus bahunya.
      “Carilah mereka, dan apapun itu ia tetap orang tuamu yang telah mengandung dan melahirkanmu “, kataku padanya.
      “Pak, aku tidak bisa!” jawabnya menimpaliku.
     “Nak, bapak tidak mau anak-anaknya menderita karena durhaka sama orang tuanya”, jelasku mengingatkannya. Ketika itu pula air matanya terlihat menetes. Saat kuusap air matanya, ia pun bangkit dari bersimpuh. Ia mulai sadar.
      “Sebagai tanda baktiku kepada Bapak, Rusli akan mencarinya!” ia menjawabku dengan tenang.
Tanpa sepatah katapun ia beranjak dari tempat duduknya lalu berpamitan dan pergi. Hari ini adalah hari pertamanya cuti dari pekerjaan. Kini dua minggu sudah ia pergi. Kesepian sangat terasa, rasa sakit yang aku derita semakin menjadi. Masa kritis aku jalani, harapan hidup sudah tidak ada lagi. Aku hanya menunggu ajal menjemput. Rusli datang karena panggilan hati ia pun membawa kabar jika kedua orang tuanya telah lama meninggal akibat timbunan tanah longsor. Kehadirannya di tengah-tengah kami membuat semangatku  untuk sembuh bangkit lagi. Aku begitu bergairah rasa lelah dlam kesakitanku berangsur-angsur pulih.
        “Nak, jaga adik-adikmu, jangan tinggalkan mereka, kamu satu-satunya harapan bapak”, ini kata-kata  yang aku ucapkan ketika menyuguhkanku segelas air putih. Aku melanjutkan pembicaraan.
        “Bapak sudah tua, peran bapak sekarang ada pada pundakmu!” Ia memelukku erat dan memotivasiku.
       “Sekarang Bapak minum obatnya biar lekas sembuh, Insya Allah tahun depan kita bersama-sama menunaikan ibadah haji”, tegasnya penuh perhatian dan memandang kedua adiknya sambil tersenyum..
Hidup kami begitu rukun dan bahagia. Rusli sebagai anakku tak pernah membedakan adik-adiknya. Hingga akhirnya kami bersama mendapat panggilan menunaikan ibadah haji melaksanakan rukun Islam  ke lima. 

Senin, 31 Januari 2011

ASMARA DEWI


Sudirman, S.Pd.

        “Kreeeek….bluk!” suara pintu dibuka. Perlahan-lahan  langkah kaki menghampiri bagian belakang sudut  ruangan.
         “Permisi, boleh saya duduk?” tanya seorang wanita muda melemparkan senyum.
         “Oh….silahkan”, jawabku sambil membalas senyumnya. Pandanganku kembali tertuju pada notebook yang ada dihadapanku. Ditengah keasyikan mengutak-atik notebook aku lupa jika waktu istirahat hampir usai dan  aku beranjak lalu duduk kembali kebingungan. Dalam pikiranku,  “Jika istirahat tak mungkin berlama-lama karena waktu untuk belajar tinggal hitungan detik jelas tak mungkin”. Akhirnya kuputuskan untuk berdiam diri di atas kursi yang aku duduki semenjak pagi tadi.
        “Para peserta, diharapkan memasuki ruangan”, panggilan sang panitia jelas terdengar. Wanita tadi bergegas duduk tepat di sampingku. Ia tersenyum sambil memperhatikan coretan kertas yang aku tulisi. Sesekali padangan matanya tertuju pada notebook yang berisi album photoku.
 Ia sepertinya  sudah hafal dan mengenali huruf demi huruf tulisanku, lebih-lebih photoku. Saat aku menolehnya ia salah tingkah, kaget lalu berpaling pandangan berpura-pura memperhatikan celotehan panitia. Aku berusaha tak peduli namun hasrat ingin tahu tak mampu kubendung.
“Siapa wanita muda yang berada tepat disisiku saat ini”, sambil menggerutu penasaran. Setiap ada kesempatan mataku selalu tertuju pada senyumnya.
        “Mas...., catatannya boleh aku pinjam nggak, soalnya tadi terlambat”, pura-pura menegurku. “Boleh, silahkan”, jawabku singkat.Wanita ini selalu tersenyum manis sambil menatapku tajam. Sorotan matanya tepat mengenai hatiku yang paling dalam. Aku terpesona saat jemari tangannya yang halus menyentuh kulit ariku saat kuserahkan catatan kecil itu.
        “Maaf..., aku merepotkanmu”, candanya.
        “Oh..., ng..nggak  justeru  aku senang”, kataku bahagia.
        “Terima kasih”, jawabnya singkat.  Tangannya yang halus mulai membuka lembar demi lembar. Sesekali menatapku dengan penuh perhatian.
        “Mas, boleh nggak album photo tadi aku lihat”, pintanya seraya menoleh notebook di depanku.
        ”Oh.. yah..silahkan”, jawabku sambil menyerahkan notebookku. Ia mulai melihat-lihat photo demi photo yang aku simpan 15 tahun yang lalu. Tampaknya ia menyimpan sesuatu yang pernah dialaminya dan belum aku tahu. Jelas tergambar dari sorotan matanya saat menatap coretan kertas dan photo-photo itu. Cahaya matahari mulai menyapa. Setiap peserta mulai berkemas meninggalkan ruangan. Tinggal kami berdua yang tengah asyik duduk dengan obrolan kosong tanpa arti.
        Aku mencari tempat duduk untuk beristirahat. “Andai senyuman itu mampu aku raih, yah..,tentu hidup ini menjadi lebih indah!” kata-kata ini kuucapkan dalam hati setiap aku mengingatnya.
Ketika beranjak menuju ruang makan tiba-tiba,
        “Mas, ini kopi dan kuenya!” sambil menyuguhkanku.
        “Hm terima kasih!” jawabku. Sontak aku kaget luar biasa. Mengapa wanita ini begitu baik kepadaku  aku mulai bertanya-tanya sendirian. Ingin rasanya aku menyapanya lebih jauh. Tapi bibir ini seolah-olah terkunci, sulit ku keluarkan kata-kata  yang sedianya aku siapkan. Dan saat bibir ini mulai berbicara waktupun yang membatasinya. “Dasar kamu bodoh!” sambil kumaki-maki diriku.
        Malam mulai menyapa, kesunyian mulai menghampiriku. Aku tertegun dalam bayangan semu. Menatap rembulan tertutup awan putih, cahaya bulan samar-samar mengenai tubuhku. “Tuhan inikah artinya cinta, mungkinkah ia merasakan apa yang kurasakan saat ini?” sambil menatap rembulan terus kuucapkan. Tanpa kusadari malam telah larut. Dalam lamunanku selalu teringat sosok gadis yang pernah aku kenal, yang pernah mengisi relung hatiku. Aku mulai mengingat-ingat masa dimana aku dipertemukan dengan wanita cantik.  Seperti wanita muda yang duduk di sampingku. Aku mulai menghitung waktu. Setiap langkah senyumnya, tatapan matanya, serta suaranya yang lembut selalu menerawang dalam benakku. Lalu kuhempaskan tubuhku diatas tempat tidur dan berusaha menenangkan pikiran.
        Pagi   ini   aku  semakin  bersemangat   dengan harapan bisa duduk bersama seperti hari kemarin. “Tuhan…, berikan aku kesempatan lagi!” pintaku berdoa. Wanita itu menghampiriku lalu duduk berdampingan denganku.“Terima kasih Tuhan, Engkau mendengarkanku!” ucapku bahagia. Namun tetap juga aku sulit bicara.“Ini kesempatanku untuk mengenalinya lebih dekat!” gumamku lalu aku mencoba memberanikan diri hingga akhirnya dengan sedikit ragu-ragu aku mencoba menegurnya.
        “Sorry.., mungkin akan lebih baik jika kita saling kenal!” pintaku, Aku menyambung pembicaraan,            
          “Kenalkan Aden!”kataku sedikit ragu.
         “O..ya.., aku Rara..!” balasnya sambil memegang erat tanganku. Aku menghela nafas, lega aliran darahku amat terasa. 
         “Ra….saat istirahat nanti aku tunggu ditempat biasa!”pintaku. Ia mengangguk dan tersenyum.  
         “Aku juga ingin menanyakan sesuatu boleh kan?” pintanya. Aku pun mengiyakan permintaanya.
Hingga waktupun menunjukkan tanda persahabatan. Aku sengaja mendahului dengan harapan bisa mendapatkan tempat bersamanya. Indah memang suasananya hembusan angin menerpa sisi-sisi ruang hati kami. Dalam hati aku selalu bertanya, “Mungkinkah wanita ini  adalah Dewi yang pernah singgah dihatiku, yang pernah aku cari hingga bertahun-tahun”, “Oh Tuhan…., jangan biarkan aku larut dalam kebingungan dan harapan”, pintaku.
        Dadaku terus bergetar, degub jantungku berdetak seirama dengan harapan dan penantian. Alunan irama cinta terus bergulir, siraman titik-titik asmara menyelimuti relung hati. Aku tak sanggup menghadapi pertemuan ini. Ingin rasanya berlari mengejar asa. Kejenuhan lamunan yang tiada arti berkecamuk menggoda gelora yang setiap saat menerawang dalam pikiranku. Hingga akhirnya ia datang menghampiriku.
        “Sudah lama menunggu ya..?” tanyanya. 
        “Yah… lumayanlah, tapi menunggu bidadari gak terasa lama.” sambil bercanda. 
        “Benar…, gak merasa capai menunggu!” godanya. 
        “Justru aku merasa  senang kamu punya waktu bersamaku!” aku meyakinkannya
        “Yah… aku selalu mempunyai waktu bersamamu!” jawabnya. Aku mulai tersanjung. 
        “Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan tentang sesuatu yang  pernah aku kenal” ,harapnya.
        “Akupun sama seperti apa yang ingin kamu tanyakan?” menimpalinya.
        “Sebab dalam pertemuan ini aku sempat  teringat dengan senyuman khas seorang  wanita  yang pernah aku kenal,  dan yang pernah singgah  dihatiku!” jelasku.
        Ia  tertegun diam tak berbicara sedikitpun. Sambil berharap  memberi aku kesempatan untuk bicara mengeluarkan apa yang ada dalam pikiranku.   “Aku yakin wanita itu ada di tempat ini, yah… di tempat ini!” kataku meyakinkannya. Aku mulai menceritakan masa-masa perkenalanku dengan seorang wanita, hingga sama-sama mengikrarkan cinta. Di tengah-tengah berkecamuknya asmara, menggelorakan kidung-kidung cinta tiba-tiba ia hilang dan pergi  entah kemana. Ia begitut memahami apa yang aku ceritakan.
        “Mas, yang terjadi adalah yang terbaik!” ia menimpaliku sedih. Aku  tak mengerti dan tak bersuara sedikitpun, diam dan membisu seperti manusia bodoh yang tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
        “Dalam penantian panjangku aku selalu berharap bahwa ia masih ada dan  masih  menyimpan sejuta cinta”,harapku.
       “Jika waktu mempertemukanku di tempat ini, aku ingin memeluknya, menunjukkan bahwa aku masih mencintainya!” lanjutku berharap.
        Ia menatapku tajam, matanya mulai memerah. Titik-itik air mata terlihat jelas dari raut wajahnya. Ia tertunduk, sedih seolah-olah merasa bersalah. Lebih-lebih setelah aku sebutkan sebuah nama “Asmara Dewi”.    
        “Maafkan aku mas,……. Kamu benar bahwa Dewi yang kamu cari ada di sini, di dekatmu!” sambil meneteskan air mata, ia menangis lalu menatap wajahku dan seketika itu pula  langsung memelukku sekuatnya.
        “Aku selalu yakin bahwa, waktu pasti akan mempertemukan kita meskipun itu sesaat!” jawabnya sedih dan memelukku.
        “Catatan kecilmu adalah getaran hatiku, dan aku pun sangat yakin kalau kamu adalah orang yang pernah dan masih aku sayangi!” sambil menatapku.
Kami pun larut dalam kebahagiaan yang tiada henti. Pelukannya menambah kehangatan pertemuan ini. Suasana sore itu tiba-tiba cerah tak sedikitpun awan hitam menutupi matahari. Indah nian, suatu keajaiban yang tak pernah kurasakan dan tak mungkin kulupakan.

Recent Comments