INDAHNYA JIKA SALING BERBAGI, MERIAHNYA JIKA SALING MEMBERI,DAN MANISNYA JIKA SALING MENGHARGAI

Mengenai Saya

Foto saya
sederhana dan kerja keras

Entri Populer

Kamis, 03 Februari 2011

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 PENIMBUNG LOMBOK BARAT TAHUN 2010-2011

Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas V SDN 2 Penimbung yang tidak cakap berbicara. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan teknik bermain peran dalam pembelajaran. Dengan teknik ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajarannya, dan kualitas hasil belajar mereka dapat ditingkatkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Kata kunci: peningkatan, ketrampilan berbicara, teknik bermain peran.
        Dalam keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara.
Arsjad dan Mukti (1991:1), menyatakan bahwa dari kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Dalam kehidupan sehari-hari lebih dari separuh waktu  digunakan untuk berbicara dan mendengarkan.
        Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SD kelas V adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan  secara lisan dalam diskusi dan bermain drama (Departemen Pendidikan nasional, 2006).  Standar kompetensi ini terbagi dalam dua kompetensi dasar yang salah satunya adalah memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.  Dalam pembelajaran sastra di sekolah, siswa diajak untuk memerankan tokoh, berekspresi sesuai dengan karakter tokoh dalam teks cerita, dan berani berbicara di depan  umum yang ditampilkan dalam bentuk karya sastra yaitu drama.
        Berbicara merupakan salah satu keterampilan sastra yang harus dicapai siswa karena siswa akan memperoleh banyak manfaat dari kegiatan   berbicara  tersebut,  antara lain siswa dapat  mengekspresikan perannya melalui gerak, mimik, dan gesture sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1982) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berdasarkan definisi kamus ini, berbicara atau wicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif  lisan.
        Menurut Zahroh dan Sulistyorini (2010:82), untuk menghasilkan tuturan yang baik, pembicara atau pewicara dituntut mengikuti aturan berbicara, di samping menguasai komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan berbicara atau wicara,  antara lain  penguasaan aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek-aspek tersebut meliputi lafal, tatabahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.
        Drama   adalah  komposisi   prosa   yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Dalam pembelajaran sastra, keterampilan berbicara khususnya drama dapat dilakukan dengan bermain peran. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk  mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara, siswa masih banyak mengalami kesulitan.Hambatan lain yang dialami siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bermain peran (drama) adalah kurangnya semangat mereka dalam bermain peran akibat metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik bagi siswa.Kondisi tersebut juga terjadi di SDN 2 Penimbung Kabupaten Lombok Barat. Hasil    observasi    di  lapangan   juga  menunjukkan fenomena bahwa keterampilan berbicara siswa SDN 2 Penimbung  Lombok Barat  berada pada tingkat yang rendah pada aspek isi pembicaraan,  penggunaan bahasa, dan  performansi.  
Berdasarkan uraian serta hasil temuan penelitian di atas, maka diperlukan metode pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan agar  siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu strategi  digunakan  dalam bermain peran (drama) adalah strategi cooperatif learning.
        Metode bermain peran dapat digunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran inovatif. Kompetensi yang dikembangkan melalui metode ini antara lain kompetensi bekerjasama, berkomunikasi, tanggung jawab, toleransi, dan menginterpretasikan suatu kejadian (Pratiwi, 2009).
        Dengan adanya penelitian untuk meningkatkan   kemampuan  keterampilan  berbicara  menggunakan teknik bermain peran ini, diharapkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat lebih meningkat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan kajian tentang penggunaan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berbicara bagi siswa SD kelas V khususnya.

METODE
        Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model  rancangan  yang  dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1992). Model ini mengikuti alur yang terdiri dari 4 komponen pokok, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Permasalahan yang diteliti teridentifikasi ketika peneliti melaksanakan pembelajaran, karena peneliti adalah guru kelas pada kelas yang diteliti. Berdasarkan permasalahan hasil temuan tersebut disusun rencana tindakan siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP I). 
        Selanjutnya tindakan siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan teman sejawat sebagai observer dan peneliti bertindak sebagai guru model.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) SDN 2 Penimbung Lombok Barat. Tindakan  kelas  yang  berupa  teknik  bermain  peran dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, selama semester I   tahun pelajaran 2010/2011.

HASIL
        Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus.  Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat dalam keterampilan berbicara melalui teknik bermain peran.
Hasil Pelaksanaan Siklus I
        Kegitan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).Pada siklus I keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas relatif dominan mengingat siswa yang diajar adalah siswa kelas V SD dan belum terbiasa belajar dengan teknik bermain peran. Guru menyiapkan skenario dialog untuk setiap kelompok. Setelah kegiatan bermain peran pada pertemuan kedua siklus I dilakukan refleksi antar kelompok untuk mengomentari penampilan dari kelompok lain.  Penilaian dilakukan pada saat siswa melakukan latihan pemantapan perannya masing-masing.
         Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penutup  merupakan refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan   kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, manfaat pembelajaran yang diperoleh dan perencanaan kegiatan tindak lanjut.Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga perlu  tindakan siklus II.  Hasil rekapitulasi nilai evaluasi proses dalam siklus I menunjukkan bahwa pada umumnya siswa dari tingkat kemampuan akademik rendah memperoleh skor di bawah 50. Sepuluh skor tertinggi didominasi oleh siswa dari tingkat kemampuan akademik tinggi. Semetara siswa dari tingkat kemampuan akademik menengah menempati posisi medium. Skor terendah 40 diperoleh  siswa dari kelompok berkemampuan akademik rendah, sedangkan skor tertinggi 80 diperoleh siswa dari kelompok kemampuan akademik tinggi. Dari hasil perbandingan antara pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran  dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa yang memperoleh skor minimal tersebut adalah siswa yang tidak aktif dalam kegiatan bermain peran. Sementara dari  tingkat  kemampuan  akademik menengah maupun tinggi yang serius mengikuti pembelajaran pada umumnya mendapat skor tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus I belum berhasil sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Hasil Pelaksanaan Siklus II 
        Secara umum prosedur pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan prosedur pada siklus I. Perbedaannya, dalam siklus II ini keterlibatan guru pada kegiatan pembelajaran di kelas dikurangi mengingat siswa yang diajar mulai terbiasa belajar dengan teknik bermain peran.
        Hasil rekapitulasi nilai evaluasi produk akhir dalam siklus II menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan pada seluruh siswa. Skor terendah 60,5 masih diperoleh  siswa pada kelompok kemampuan akademik rendah, dan skor tertinggi 90 masih diperoleh oleh kelompok kemampuan akademik tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan skor yang signifikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dalam siklus II ini hampir seluruh siswa aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada kualitas hasil belajar siswa tentang keterampilan berbicara.

PEMBAHASAN
        Berdasarkan hasil pengamatan  terhadap produk akhir dalam siswa kelas V yang menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat  masih mengalami kesulitan dalam keterampilan berbicara, maka dirancang tindakan sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Dalam penelitian ini dilakukan dua tindakan, yaitu tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Dalam siklus II keterlibatan guru pada kegiatan pembelajaran di kelas dikurangi mengingat   siswa   yang  diajar  mulai  terbiasa belajar dengan teknik bermain peran. Hasil rekapitulasi nilai evaluasi produk akhir dalam siklus II menunjukkan bahwa  ada peningkatan pada  tingkat akademik. Skor terendah 60,5 masih diperoleh oleh siswa pada kelompok  kemampuan  akademik  rendah,  dan  skor tertinggi 90 masih diperoleh  kemampuan akademik tinggi. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor yang signifikan.
        Berdasarkan uraian di atas  dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelasV SDN 2 Penimbung  Lombok Barat. Peningkatan tersebut terdapat pada aspek proses dan hasil pembelajaran.

SIMPULAN
        Berdasarkan uraian  hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V (lima) SDN 2 Penimbung Lombok Barat. Secara rinci keberhasilan penerapan teknik bermain peran dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 2 Penimbung sebagai berikut: (1) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek isi, (2) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek-aspek penggunaan bahasa, dan (3) teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara aspek performansi.

SARAN
    Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara hendaknya guru menggunakan pembelajaran dengan teknik bermain peran. Teknik bermain peran sangat cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia terutama aspek berbahasa lisan.

DAFTAR RUJUKAN
Arsjad , Midar.G dan Mukti1 991. Pembinaan Kemampuan Berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik  Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis,S. &Taggart,M.C. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakin  University Press.
Pratiwi, Yuni. 2009. Penerapan Strategi bermain Peran dalam Pembelajaran di taman Kanak-Kanak. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Pembelajaran untuk Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina, Malang, 12 September.
Tarigan, H.G. 2002. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zahroh dan Sulistorini. 2010. Strategi Kooperatif dalam Pembelajaran Menyimak Berbicara Malang: Asah Asih Asuh (A3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dan tidak melakukan komentar sara

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Recent Comments