INDAHNYA JIKA SALING BERBAGI, MERIAHNYA JIKA SALING MEMBERI,DAN MANISNYA JIKA SALING MENGHARGAI

Mengenai Saya

Foto saya
sederhana dan kerja keras

Entri Populer

Kamis, 03 Februari 2011

Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

ABSTRAK: Pelajaran matematika sering kali dipersepsikan oleh sebagian siswa sebagai pelajaran yang sulit, membosankan bahkan menakutkan. Hal inilah yang membuat motivasi dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matemetika sangat kurang yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran matematika. Agar pembelajaran dapat lebih menarik serta bermakna bagi siswa peneliti mencoba  menerapkan pembelajaran yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki  siswa agar mereka dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa. 
Kata Kunci : Motivasi, Minat,  Contextual Teaching  and Learning
Pendahuluan
        Menurut pengamatan dan pengalaman umumnya anak-anak menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika sederhana. Meskipun banyak pula anak-anak yang setelah belajar matematika yang sederhana banyak pula yang tidak dipahaminya, atau banyak konsep yang dipakai secara keliru. Di sini mereka melihat matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,  ruwet, dan memperdayakan.
        Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih banyak dilakukan secara konvensional (pembelajaran berpusat pada guru) dan prestasi belajar matematika masih sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Pada umumnya pelajaran matematika hampir selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang sangat minim, kurang menarik minat siswa dan membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga atau media pelajaran matematika serta kurang melibatkan siswa dalam menemukan konsep matematika. Jarang guru dalam membahas materi matematika dengan menggunakan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas, target keberhasilan pengajaran matematika yang diterapkan guru cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengerjakan soal-soal tes baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian akibatnya pemahaman konsep siswa rendah serta pembelajaran matematika kurang menarik minat siswa.
        Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar meningkatkan minat, menarik perhatian siswa serta meningkatkan keaktifan siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang diterapkan untuk meningkatkan minat belajar matematika dan memberi penguatan terhadap kualitas pembelajaran matematika di SD sebagai sarana penelitian adalah model pembelajaran kontekstual.

Minat Belajar
        Menuurut Syah (1999: 36) menyatakan, “ secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sedangkan Effendi dan Praja (1993 : 69) menyatakan, “ minat yaitu memusatkan kegiatan mental dan perhatian terhadap suatu objek, yang banyak sangkut pautnya dengan keadaan diri individu”.  Minat    didorong   oleh motivasi. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar seorang siswa. Jika mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat seorang siswa, maka ia tidak mempunyai rasa keinginan yang besar untuk memahami bahkan mendalami pelajaran itu.

Motivasi
        Gleitman (1986) dan Reber (1988) (dalam Syah,1999: 137) menyatakan, “motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah seluruh dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau bertingkah laku secara terarah. Jadi jika dikaitkan dengan belajar, maka motivasi mempelajari matematika adalah seluruh dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk mempelajari mata pelajaran tersebut sampai berhasil atau memahaminya.

Pembelajaran Kontekstual
        Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual mendorong agar proses keterlibatan siswa secara penuh. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep dengan konteksnya, sehingga siswa memperoleh sejumlah pengalaman belajar bermakna berupa pengetahuan dan keterampilan. Menggabungkan materi dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan pekerjaan yang melibatkan aktifitas.
        Dengan penyampaian konteks siswa dituntut untuk mencoba menyelesaikan permasalahan tanpa menunggu informasi dari guru bagaimana solusinya. Guru berperan hanya sebagai fasilitator dan pembimbing . Hal yang sama diungkapkan oleh Gravemeinjer dan Doorman (dalam Sabandar, 2001, h. 2) bahwa dalam pembelajaran kontekstual, konteks ditempatkan pada awal pembelajaran, selanjutnya siswa secara perorangan/kelompok siwa diminta memecahkan permasalahan, dengan kemampuan matematikanya atau kemampuan berpikir.Konteks ditempatkan di awal pembelajaran, karena berperan sebagai pemicu terjadinya penemuan kembali (reinvetion) matematika oleh murid, atau sebagai pembimbing penemuan (guided reinvention), yang merupakan suatu jalan keluar untuk menjembatani hambatan yang sering muncul, antara pengetahuan informal dengan pengetahuan formal matematika dalam memecahkan masalah dengan berpikir sendiri.
        Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran merupakan konsep belajar mengajar yang memfungsikan guru sebagai pihak yang harus mengkemas materi (konten) dan mengkaitkannya dengan suasana yang mudah dipahami siswa (konteks). Membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa membuat kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
      Prinsip-prinsip yang mendasari CTL adalah: 1) kontruktivisme (Contruktivism), 2) Bertanya (Questioning), 3) Inquiri (Inquiry), 4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Penilaian autentik (Autentic Assesment), 6) Refleksi (Reflection), dan 7) Pemodelan .

1.Kontruktivisme (Contruktivism)
        Kontruktivisme (Contruktivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide,
2.Bertanya (Questing)
        Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual.
3.Menemukan (Inquiry)
        Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi  juga hasil dari menemukan sendiri.
4.Masyarakat Belajar (Learning Community)
        Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
5.Pemodelan (modeling)
        Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas
6.Refleksi (Reflection)
        Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau refisi dari pengetahuan sebelumnya.
7.Penilaian berkelanjutan (Authentic Assesment)
        Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Metode Penelitian
        Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1992: 5-6); Hopkins (1993: 32-33) dan Suyanto (1996: 2), Bentuk penelitian di atas diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan Matematika di sekolah dasar.
        Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi dan tes. Sedangkan alat pengumpul data berupa lembar observasi dengan tujuan untuk menjaga obyektifitas dalam pelaksanaan penelitian. Selain itu data juga diperoleh melalui hasil kegiatan selama melaksanakan tindakan dan hasil balikan dari siswa.

Pembahasan
         Dalam rangka mengembangan kemampuan siswa dalam bidang matematika maka proses pembelajaran yang diharapkan adalah yang dapat  menarik perhatian serta minat siswa. Guru harus mampu menentukan suatu metode, strategi, teknik dan pendekatan serta model pembelajaran  yang sesuai untuk pembelajaran topik-topik matematika sehingga menarik dan mampu membangkitkan serta mendorong motivasi siswa untuk mempersiapkan emosi belajar secara menyeluruh.
        Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang dialami sehari-hari sehingga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata.

Hasil
        Sebelum melaksanakan penelitian, motivasi siswa terlihat  masih  sangat  kurang  yang  ditandai dengan semangat belajar yang rendah, dan kurang aktif. Interaksi siswa dalam belajar juga sangat kurang, komunikasi cendrung satu arah dan didominasi guru. Prestasi siswapun masih kurang yang ditandai dengan banyaknya nilai siswa yang masih <6 atau dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan (KKM =  6,0), serta ketuntasan secara klasikal masih dibawah 85%,  sehingga peneliti berusaha untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki kualitas serta hasil belajar siswa.

Kesimpulan
        Dari hasil penelitian  yang dilakukan,kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan Pembelajaran kontekstual ( Contekstual Teaching and Learning) dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa. Pendekatan Contekstual Teaching and Learning ( CTL ) pada pembelajaran matematika mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dari mengalami sendiri dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, rasa senang belajar, berpikir mandiri dan mampu mengambil keputusan.  Pendekatan ini mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dari mengalami sendiri, menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi dirinya, menerapkan ide mereka, dan menumbuhkan komunikasi dalam bentuk kerja kelompok.

Rujukan
Robert E. Slavin,  2009. COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset dan Praktek,     penerbit Nusa Media, Bandung.
Elaine B. Jhonson, PH.D, 2009. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, penerbit Mizan Learning Center (MLC) Bandung.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Prof. Dr. H.M.Djunaidi Ghony, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, penerbit UIN-Malang Press.
Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. 2009. Paradigma baru Pembelajaran, penerbit kencana Prenada Media Group, Jakarta.
DR. C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran, penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Drs. Wayan Nurkancana, Drs. PPN. Sunartana. Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Trianto, S.Pd,.M.Pd.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
Drs.H. Martinis Yamin, M.Pd. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa, penerbit Gaung Persada Press Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dan tidak melakukan komentar sara

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Recent Comments